Profil Desa Trimulyo

Ketahui informasi secara rinci Desa Trimulyo mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Trimulyo

Tentang Kami

Profil Desa Trimulyo, Wadaslintang, Wonosobo. Mengungkap identitas uniknya sebagai sentra industri batu bata merah tradisional sekaligus lumbung ternak dan palawija yang menjadi fondasi pembangunan dan ketahanan pangan kawasan.

  • Sentra Industri Batu Bata

    Merupakan pusat utama produksi batu bata merah tradisional yang memasok kebutuhan material bangunan untuk seluruh wilayah Kecamatan Wadaslintang dan sekitarnya.

  • Lumbung Ternak dan Palawija

    Salah satu desa penopang ketahanan pangan dengan populasi ternak (sapi dan kambing) yang signifikan serta lahan pertanian palawija yang produktif.

  • Ekonomi Ganda Berbasis Tanah

    Perekonomiannya secara unik ditopang oleh dua sektor fundamental yang sama-sama berbasis tanah: pertanian (agrikultur) dan industri bahan bangunan (manufaktur tradisional).

XM Broker

 Di tengah mozaik desa-desa Kecamatan Wadaslintang yang sebagian besar identitasnya terikat pada perairan waduk, Desa Trimulyo berdiri kokoh dengan karakter yang fundamental dan membumi. Desa ini adalah fondasi, baik secara harfiah maupun kiasan. Ritme kehidupannya tidak ditentukan oleh riak air, melainkan oleh suara tanah liat yang dicetak dan panasnya api di tungku pembakaran batu bata. Trimulyo merupakan pusat industri batu bata merah tradisional sekaligus lumbung ternak dan palawija yang vital. Inilah potret sebuah desa pekerja keras yang perannya sangat krusial, menyediakan material untuk membangun rumah sekaligus pangan untuk mengisi meja makan bagi seluruh kawasan di sekitarnya.

Geografi Daratan Tengah dan Anugerah Tanah Liat

Desa Trimulyo berlokasi di bagian utara-tengah Kecamatan Wadaslintang. Posisinya sebagai desa daratan yang tidak memiliki akses langsung ke Waduk Wadaslintang membentuk karakternya sebagai desa agraris-industrial. Luas wilayah Desa Trimulyo adalah sekitar 4,31 kilometer persegi, dengan topografi perbukitan landai yang kaya akan sumber daya tanah liat berkualitas tinggi, sebuah anugerah geologis yang menjadi dasar bagi industri utamanya.Batas-batas administratif desa ini meliputi: di sebelah utara berbatasan dengan Desa Panerusan, di sebelah timur berbatasan dengan Desa Ngalian, di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Lancar yang merupakan pusat pemerintahan kecamatan, serta di sebelah barat berbatasan dengan Desa Gumelar. Kedekatannya dengan pusat kecamatan memberikan keuntungan strategis dalam hal aksesibilitas dan pemasaran, baik untuk produk pertanian maupun hasil industri batu batanya.

Demografi Pekerja Keras: Petani, Peternak dan Perajin Batu Bata

Menurut data kependudukan dari Badan Pusat Statistik (BPS), Desa Trimulyo dihuni oleh sekitar 3.328 jiwa. Kepadatan penduduknya berada di angka 772 jiwa per kilometer persegi, mencerminkan komunitas yang hidup dan produktif. Struktur profesi masyarakat di sini sangat unik dan terdiversifikasi dalam sektor-sektor primer yang menuntut kerja keras.Komunitas Trimulyo terdiri dari tiga kelompok profesi utama yang saling menopang:

  • Perajin Batu Bata: Sebagian besar tenaga kerja produktif, terutama kaum pria, terlibat dalam industri pembuatan batu bata merah. Ini adalah pekerjaan fisik yang membutuhkan keahlian dan ketahanan.

  • Peternak: Banyak keluarga yang juga memelihara ternak, terutama sapi dan kambing, sebagai bentuk investasi (tabungan hidup) dan sumber pendapatan tambahan.

  • Petani: Kaum perempuan dan warga lainnya aktif mengolah lahan-lahan tadah hujan untuk menanam berbagai jenis tanaman palawija.

Kombinasi profesi ini menciptakan model ekonomi yang tangguh, di mana jika satu sektor sedang lesu, sektor lainnya dapat menjadi penopang.

Pemerintahan Desa dan Visi Pembangunan Berkelanjutan

Pemerintah Desa Trimulyo menjalankan fungsinya dengan menghadapi tantangan dan peluang yang unik. Visi pembangunan desa diarahkan pada upaya modernisasi industri tradisional sambil tetap memperkuat sektor pertanian dan peternakan. Salah satu fokus utamanya adalah mendorong praktik industri batu bata yang lebih efisien dan berkelanjutan."Kami bangga dengan identitas Trimulyo sebagai pemasok pangan dan bahan bangunan. Visi kami ke depan adalah mendukung para perajin batu bata untuk berinovasi, mungkin dengan teknologi tungku yang lebih hemat energi dan ramah lingkungan, sambil terus memperkuat sektor peternakan sebagai jaring pengaman ekonomi warga," ujar seorang perwakilan desa. Pemerintah desa juga aktif dalam perbaikan infrastruktur jalan yang vital untuk menahan beban berat dari truk-truk pengangkut batu bata.

Industri Batu Bata Merah: Membangun Peradaban dari Tanah Trimulyo

Pilar ekonomi yang paling menonjol dan menjadi pembeda utama Desa Trimulyo adalah industri batu bata merahnya. Di sepanjang desa, dapat dijumpai puluhan lokasi pembuatan batu bata atau yang dikenal sebagai tobong. Aktivitas ini menjadi tulang punggung ekonomi bagi ratusan keluarga.Proses pembuatan batu bata di Trimulyo sebagian besar masih dilakukan secara tradisional, sebuah kerajinan yang padat karya:

  1. Tanah liat berkualitas digali dari lahan-lahan khusus.

  2. Pencetakan: Tanah liat dicampur air dan diinjak-injak hingga kalis, kemudian dicetak secara manual menjadi balok-balok bata mentah.

  3. Pengeringan: Bata mentah dijemur di bawah sinar matahari selama beberapa hari hingga benar-benar kering.

  4. Pembakaran: Bata kering disusun rapi di dalam tobong dan dibakar selama beberapa hari menggunakan kayu bakar atau sekam padi hingga matang dan berubah warna menjadi merah khas.

Batu bata dari Trimulyo dikenal memiliki kualitas yang baik dan menjadi pilihan utama untuk proyek-proyek pembangunan di seluruh Kecamatan Wadaslintang dan wilayah sekitarnya.

Lumbung Ternak dan Palawija: Pilar Ketahanan Pangan

Di samping industri batu batanya, Desa Trimulyo memegang peranan penting sebagai salah satu lumbung ternak dan pangan. Sektor peternakan, terutama sapi potong dan kambing jawa, berkembang pesat. Kotoran ternak dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk menyuburkan lahan pertanian, menciptakan siklus pertanian terpadu yang efisien.Di sisi pertanian, lahan-lahan desa yang subur ditanami berbagai komoditas palawija seperti singkong, jagung, kacang tanah, dan ubi jalar. Hasil panen ini tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi warga desa, tetapi juga dijual ke Pasar Wadaslintang di Desa Lancar, menjadikan Trimulyo sebagai salah satu desa pemasok pangan penting bagi ibu kota kecamatan.

Jejak Sejarah dalam Nama Trimulyo

Nama "Trimulyo" sendiri memiliki makna historis bagi masyarakatnya. Nama ini berasal dari kata "Tri" (tiga) dan "Mulyo" (mulia), yang menurut cerita lokal, merujuk pada gabungan dari tiga dusun atau wilayah bersejarah yang bersatu menjadi satu desa yang kuat. Filosofi "tiga kemuliaan" ini seolah tecermin dalam tiga pilar kehidupan masyarakatnya saat ini: kemuliaan dari hasil tanah (batu bata), kemuliaan dari hasil ternak, dan kemuliaan dari hasil bumi (pertanian).

Infrastruktur Penopang Desa Produsen

Sebagai desa produsen barang-barang berat, infrastruktur jalan yang kokoh adalah sebuah keharusan. Jaringan jalan di Desa Trimulyo harus mampu menahan lalu lintas truk-truk bermuatan ribuan batu bata setiap harinya. Peningkatan dan pemeliharaan jalan menjadi prioritas konstan bagi pemerintah desa. Selain itu, fasilitas dasar seperti listrik untuk penerangan dan penggerak mesin, air bersih, serta layanan pendidikan (Sekolah Dasar) dan kesehatan (Polindes/Posyandu) juga tersedia untuk mendukung kehidupan komunitas pekerja keras ini.

Trimulyo: Fondasi Kokoh Pembangunan Wadaslintang

Desa Trimulyo adalah pahlawan tanpa tanda jasa dalam ekosistem pembangunan Kecamatan Wadaslintang. Desa ini mungkin tidak menawarkan pemandangan wisata yang spektakuler, namun perannya dalam menyediakan bahan dasar kehidupan—pangan dan papan—tidak ternilai harganya. Tantangan ke depan adalah bagaimana menavigasi isu lingkungan dari industri batu bata, meningkatkan efisiensi produksi, dan menjaga stabilitas harga komoditas agrarisnya. Dengan semangat kerja keras yang tertanam dalam DNA warganya, Desa Trimulyo akan terus menjadi fondasi yang kokoh, tempat di mana masa depan Wadaslintang dibangun, bata demi bata.